0 komentar

edit photography nakaunique

read more
0 komentar

3D nakaunique

read more
2 komentar

Come on bonk....


9 September yang semula menjadi hari bahagiaku di masa lalu, tahun 2010 tak terasa lagi. Seolah aku sudah amnesia dengan apa yang pernah aku lalui. Dirumah, kelakuan yang tidak wajar bahkan mereka menilai sudah dianggap keterlaluan. Entah apa yang aku pikirkan saat itu, semua terjadi tanpa aku memikir panjang. Aku malu, dia malu, merekapun malu dengan semua salahku. Itu benar salahku...tapi apa blunder itu menjadi sebuah kutukan untukku selamanya. Sumpah serapah tegas aku katakan, “aku tak mengulanginya lagi”. Aku minta maaf. Tapi kenyataan berkehendak lain, aku ga bisa lari dari kesalahanku itu. Berulang dia berkata “sudahlah, aku yang seharusnya minta maaf pah, gara2 aku pa2h dimarahin ibu. Andai pa2h ga kenal denganku ga bakalan ini terjadi, ga bakalan pa2h dan keluarga pa2h malu hanya karenaku, mulai sekarang pa2h ga usah deket lagi bahkan ketemu denganku lagi. Makasih ya pa2h dah baik denganku”. Sebuah jawaban dari permintaan maafku untuk dia dan menjadi sebuah pernyataan yang menjadi kenyataan dari kesalahanku. Sekali, aku bukan pengecut!! Aku ga lari begitu saja meninggalkan perbuatanku. Rasa salahku terus membayangi. Motifasi untuk menebus semua salahku dengannya, hingga aku puas. Sampai sekarang aku belum dapat apa yang aku inginkan. Seakan aku dilupakan oleh waktu, tapi aku tidak putus asa. Berulang dia terus menyuruhku untuk pergi..pergi..dan pergi. It’s okay, aku pergi. Banyak membohongi, aku meninggalkan tempat itu, aku mencari suasana lain, aku mencari kesibukan lain, kembali aku dengan apa yang aku rasakan sebelum itu. Jarum jam terus berputar, hari-haripun tak terasa berlalu. Aku mendengar kabar dia sakit, dia ada dikotanya. Jauh untuk aku melaluinya dengan kesibukanku sekarang. Hanya kabar-kabar yang terus menerorku dan membuat aku khawatir. Dua bulan dia tak berdaya, tak berkarya, dua bulan aku tak bertemu, dan tak ada berita. Hanya dinding facebook yang aku lihat dengan semua keluhan dan penderitaannya. Menuliskan cerita penyesalan, keinginan untuk pergi, dan hanya otak-otak kotor yang dia tulis. Menuliskan kata “dia” yang semua itu ada pada diriku. Tak meninggalkan comment, namun aku terhentak melihat apa yang dia tuliskan. Aku berfikir, perbuatanku membuat dia dan mereka menderita. Sesekali, bukan bermaksud mengusik tapi aku mencoba memberi support dengan apa yang dia rasakan sekarang. Tapi tak ada respond dan tanggapan berarti dari jerihku. Seakan apa yang aku lakukan tak ada arti lagi. Kesungguhanku tak berati lebih. Berpikir untuk menyerah, meletakkan masalah, terserah apa dikata. Aku pecundang, aku pengecut. Tapi aku merasa itu terbaik untuk semua. Yakin bonk, kesalahan bukan menjadi kutukan. Itu semua salahmu, dan hanya belajar dari kesalahan untuk tidak mengulangi lagi lebih berarti daripada menyesalinya. Semoga dia senang disana, aku tenang, dan mereka senang melihat semuanya.
read more